Ada banyak alasan mengapa orang beternak ayam.
Disamping digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan daging ayam, juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan telur ayam yang tinggi, bahkan saat ini bulu, kotoran hingga limbahnya pun memiliki nilai ekonomi yang cukup baik.
Disatu sisi, kebutuhan telur ayam sendiri saat ini sudah bermacam-macam peruntukkannya, dari konsumsi rumah tangga hingga sebagai bahan baku produksi, mulai pabrik roti hingga industri kesehatan seperti pembuat vaksin unggas.
Jika di telusuri lebih jauh, kebutuhan akan telur sebagai konsumsi rumah tangga atau pribadi sudah sangat berkembang jenis pasarnya, ada yang butuh telur sebagai konsumsi harian, ada yang butuh telur dengan kandungan omega tinggi untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak, ada yang butuh telur untuk diet tertentu, sampai telur yang spesifik dalam membantu proses penyembuhan dari sakit.
Itulah salah satu alasan kenapa Bang Tani bersama Tandikota mengajak sobat sekalian untuk mulai belajar beternak ayam petelur sebagai sumber penghasilan tambahan, atau sekedar hobi yang produktif.
Ternyata permintaan akan telur ayam di dalam negeri masih sangat besar, belum lagi untuk kebutuhan ekspor ke negara lain.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/04/22/konsumsi-telur-ayam-per-kapita-indonesia-berkurang-pada-2023
Dari data tersebut terlihat kebutuhan telur yang cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir, kecuali tahun 2023 lalu, terjadi penurunan sekitar 4,4 %, namun secara umum, tingkat kebutuhannya masih sangat besar, dengan tren yang meningkat sejak tahun 2019 lalu.
Resiko Dan Tantangan
Tentu saja semua usaha ada resiko dan tantangan yang harus dihadapi.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para peternak ayam petelur adalah tingginya biaya produksi dalam beternak, terutama soal pakan, karena menurut pengalaman para peternak, biaya pakan hampir mencapai 70% dari keseluruhan biaya produksi, karena kebutuhannya harus ada setiap hari, sementara kita masih bergantung pada pakan pabrikan, yang penentuan harga jualnya diluar kendali kita, dimana faktanya, harga pakan cederung naik dari tahun ke tahun, yang mana alasan utamanya adalah harga jagung yang tinggi, namun disatu sisi para petani jagungpun mengeluhkan harga jual yang tidak memadai.
Sisa margin 30 % setelah diambil 70% untuk pakan, ternyata masih dipotong lagi sekian persen untuk biaya regenerasi bibit setiap periode tertentu.
Dimana bibit ayam yang produktifitasnya bagus, telah banyak dikuasai oleh pabrikan tertentu saja, sehingga mau tidak mau para peternak akan membeli ulang kesana.
Hal ini disebabkan jika para pertani mencoba untuk memproduksi sendiri bibit ayam petelur, maka kualitas bibit yang dihasilkan belum tentu sebaik kualitas bibit dari pabrikan yang telah memenuhi standar tertentu, sehingga menimbulkan resiko penyebab biaya pakan lebih besar tapi produksi rendah.
Biaya dan Resiko Lain
Apakah uraian tadi sudah meliputi seluruh biaya produksi yang harus dikeluarkan dalam ternak ayam petelur ?
jawabannya BELUM
Masih banyak variebel biaya lain yang harus dikeluarkan. seperti biaya vaksin, obat obatan, vitamin, tenaga kerja, sewa kandang, listrik, dll.
Jika dihitung hitung seluruh biaya produksi bisa mencapai 85 hingga 97 %, itulah mengapa banyak peternak yang berpikir bahwa jika ingin ternak ayam harus dalam skala besar, supaya hasilnya terasa, karena jika skala kecil maka hasilnya pun tidak seberapa, sebagaimana kerja bakti saja.
Padahal, semakin besar ternaknya, maka resiko yang ditanggungnya juga semakin besar, begitu bukan ?
Itulah kenapa banyak cerita para peternak yang rugi, gulung tikar bahkan bangkrut terlilit hutang, miris bukan ?
Kini, saatnya mengubah pola kita dalam beternak !
Bersama Tanidikota, mari jadikan bangsa ini mandiri pangan, khususnya dalam hal produksi kebutuhan telur ayam yang bermutu tinggi.
Sampai jumpa di artikel berikutnya.
Bagi yang berminat untuk mengikuti pelatihan ternak ayam white leghorn dari dasar silahkan gunakan link yang sudah disediakan
Bagi yang ingin berkomunikasi dengan Bang Tani, silahkan gunakan sosial media Tanidikota yang ada.
Sukses dan sehat selalu
Bang Tani
0 Comments