Mengapa Ternak Ayam Petelur Rugi ?
Untung dalam beternak merupakan dambaan setiap peternak.
Namun, kenyataannya banyak sekali cerita tentang ruginya para peternak, terutama untuk ayam petelur.
ini salah satu contohnya :
miris bukan ?
padahal telur banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari manusia.
didalam berita tersebut yang menjadi alasan klasik adalah harga pakan yang tinggi, dan masih banyak faktor lain yang intinya ada diluar kendali para peternak.
Paradigma Beternak
Menurut Bang Tani, masalah terbesar dari keadaan tersebut adalah paradigma para peternak.
Para peternak ayam, khususnya ayam petelur, selama ini memiliki paradigma ternak yang masih terbelenggu,
Kebanyakan dari mereka berpikir untuk beternak ayam harus dengan pola yang pakem turun temurun.
Sebagai contoh, banyak calon peternak ayam White Leghorn (ayam WL) yang bertanya ke Bang Tani,
Bang, berapa harga jual telur ayam white leghorn jika dijual dipasar ?
Apa ada orang yang mau beli jika telurnya dijual diatas 5 ribu per butir ?
Itulah salah satu contoh kecil paradigma yang sudah terlanjur melekat pada para peternak ayam kita, mereka merasa ternak ayam hasilnya harus dijual kepasar, ternak ayam petelur, telurnya hanya untuk konsumsi saja.
Paradigma seperti ini yang menimbulkan efek berantai kepada proses dan prosedur ternaknya,
misalnya ternak ayam petelur harus dalam jumlah besar, karena jika sedikit, maka hanya kerja bakti, tidak terasa hasilnua.
Atau ternak ayam pakannya harus beli pabrikan, karena jika tidak, maka hasilnya akan menurun.
Atau ternak ayam harus beli bibit ke perusahaan besar,
dan banyak paradigma lain yang sebenarnya merugikan para peternak sedari awal.
akhirnya banyak peternak yang mengambil jalan pintas, bahkan curang hanya untuk sekedar mendapatkan sedikit keuntungan.
Jangan sampai terus berlanjut ya.!!!
Untuk itu, marilah kita mulai rubah paradigma kita dalam beternak ayam petelur, supaya dalam beternak ayam tidak selalu menghadapi permasalahan yang sama selama bertahun tahun, sebagaimana masalah harga pakan diatas, sudah bertahun tahun ada, tapi tidak kunjung menemukan solusinya.
Sebagai contoh, ternak ayam tidak perlu banyak banyak, karena semakin banyak jumlah ayam yang dipelihara maka akan semakin besar resiko, semakin besar nilai investasi yang harus dikeluarkan, semakin besar biaya operasional yang juga muncul dan harus ditanggung tiap bulan tanpa melihat sedang laris atau sepi dagangan.
Bang Tani sendiri contohkan beternak ayam white leghorn (ayam wl) secara rumahan, yang tidak perlu banyak banyak, dimasa awal tidak sampai 6 ekor, dikerjakan sebagai hobi, namun Alhamdulillah hasilnya lebih baik dari orang yang beternak sampai puluhan ekor ayam petelur dengan paradigma lamanya.
dan alhamdulillah hingga saat ini, Bang Tani masih memiliki daftar antrian kebutuhan yang panjang untuk dipenuhi.
Untuk itu Bang Tani ingin berbagi cerita ini kepada seluruh saudara sebangsa dan setanah air, mari kita mulai beternak dengan paradigma baru, jadilah bangsa yang mandiri pangan, terutama dibidang telur.
kalo Bang Tani bisa, maka anda pasti lebih bisa.
Bersama Tanidikota, mari kita upayakan menjadi peternak yang mandiri, sejahtera dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara tercinta ini.
Sukses dan sehat selalu
Salam
Bang Tani
0 Comments